Adsense

Ada Dua Peristiwa Alam Langka Bakal Hiasi Awal Tahun 2018, Apa Saja? Yuk Baca Selengkapnya

Dua peristiwa alam terlangka diprediksi bakal terjadi di Januari 2018. Pertama, ada fenomena Supermoon pada 2 Januari 2018, dan kedua ada fenomena Bulan Biru alias Blue Moon pada 31 Januari 2018.

Seperti dikutip dari laman Space, Supermoon akan berlangsung pada malam Tahun Baru hingga 2 Januari 2018 pagi hari. Sementara, Blue Moon akan berlangsung pada 31 Januari 2018 waktu malam hari.

NASA sendiri juga secara resmi telah membenarkan dua peristiwa alam tersebut akan berlangsung pada awal 2018. "Pada 31 Januari 2018, Bulan akan berada di posisi terdekat orbitnya. Ini akan menjadikan posisi Bulan menjadi bulat menyeluruh sebelum akhirnya ia bisa memendarkan cahaya kebiru-biruan," tulis NASA dalam keterangan resminya.

Supermoon sendiri adalah fenomena di mana Bulan tampak bulat secara menyeluruh. Bentuknya juga lebih besar dan terang dari penampakan biasanya. Peristiwa ini juga terjadi bersamaan dengan "Lunar Perigee", atau situasi di mana Bulan dan Bumi jaraknya berdekatan.

Lalu, saat jarak Bulan dengan Bumi jauh, situasinya berbeda lagi. Situasi ini disebut dengan istilah "Lunar Apogee". Jadi, lintasan orbit antara Bulan ke Bumi memang cukup bervariasi dan menciptakan situasi Perigee dan Apogee.


Supermoon di 2017


Peristiwa Supermoon di 2017 sebetulnya baru saja terjadi pada Desember 2017. Puncak Supermoon telah terjadi pada Minggu subuh (3/12/2017) kira-kira pukul 4.00 WIB waktu Indonesia. Jika jarak Bulan biasanya berjarak 238 mil dari Bumi, saat Supermoon ia akan berjarak 222 mil.

Menurut informasi yang dilansir Fox News, Bulan pada saat Supermoon akan lebih terang 30 persen dan 14 persen lebih besar. Penduduk di wilayah Asia akan melihatnya menutupi lintasan bintang Aldebaran sebelum purnama.

Semisal Supermoon tak tampak karena cuaca buruk pada awal Desember ini, kamu bisa menyaksikan Supermoon berikutnya pada Januari 2018 mendatang.


Asal Usul Blue Moon



Blue Moon merupakan peristiwa bulan purnama yang dibilang berbeda karena bulan purnama yang muncul merupakan purnama kedua yang rupanya terjadi pada bulan yang sama. Mengingat peristiwa ini menggunakan istilah Blue Moon, bukan berarti penampakan bulan di langit akan menjadi berwarna biru, namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi.

Sebutan Blue Moon awalnya terjadi ketika salah seorang penulis ilmiah yang meneliti siklus fase bulan melakukan sebuah kesalahan. Awalnya, seorang folklorist di Memorial University of Newfoundland, Philip Hiscock, mengira bahwa Blue Moon merupakan sebuah 'makhluk' dari cerita rakyat setempat.

Menurut informasi yang dilansir laman Space, Hiscock pun mencoba mencari dari mana istilah Blue Moon berasal. Pada jaman dulu, istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang bersifat takhayul atau tidak masuk akal.

Pada tahun 1946, kesalahan tersebut awalnya muncul dari seorang astronom yang bernama James Hugh Pruett (1866-1955) yang menulis sebuah artikel Maine Farmers Almanac (artikel yang mengungkap prediksi iklim dan data astronomi di Bumi) di majalah Sky & Telescope.

Di artikel tersebut, ia menjelaskan bahwa peristiwa Blue Moon diartikan sebagai bulan ketiga yang muncul dalam bentuk penuh di satu musim. Kemungkinan, dalam satu musim bisa saja muncul empat penampakan bulan purnama.

Hal ini membuat Hiscok dan seorang astronom yang bernama Donald W. Olson menyadari bahwa artikel yang ditulis Pruett tersebut keliru. Akhirnya, mereka meralat asumsi Pruett dengan menjelaskan bahwa Blue Moon seharusnya adalah bulan purnama kedua yang muncul pada periode bulan yang sama di kalender Bumi. Blue Moon pun terjadi sekitar setiap 2,7 tahun sekali.

Posting Komentar

0 Komentar